Selasa, 22 November 2011

Fungsi dan Peranan Pendidik atau Guru


1.Pendidik sebagai mediator dan fasilitator
Menurut prinsip konstruktivis, seorang pendidik atau guru berperan sebagai mediator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:
a.   Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Kaeran itu, jelas memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b.   Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keinginan tahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka (Watts dan Pope, 1989). Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung dalam proses belajar siswa. Guru harus menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik (Tobin, Tippins, dan Gallard, 1994).
c.  Memonitor, mengevaluasi, menunjukkan apakah pemikiran si murid jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah pengetahuan murid itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan murid.

Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pendidik.
a.     guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui dan pikirkan
b.   tujuan dan apa yang akan dibuat dikelas sebaiknya dibicarakan bersama sehingga siswa sungguh terlibat.
c.    guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi sebagai pelajar ditengah para siswa.
d.  diperlukannya keterlibatan dengan siswa yang berjuang dan kepercayaan terhadpa siswa bahwa mereka dapat belajar.
e.   guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran siswa, karena kadang siswa berpikir berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru.
 Karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seseorang guru harus melihat mereka bukan sebagai selembaran kertas kosong atau tabula rasa. 

2.Pendidik sebagai kolaborator

Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidikan disekolah, guru dapat berperanan sebagai kolaborator konselor disekolah, misalnya dalam menyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi, layanan pembelajaran atau dalam pelaksanaan kegiatan pendukung seperti konferensi kasus, himpunan data dan kegiatan lainnya yang relevan.

3.Pendidik sebagai infomator

Seorang guru dalam kinerjanya dapat berperanan sebagai informator, terutama berkaitan dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam memasyarakatkan layanan bimbimngan dan konseling kepada siswa pada umumnya. Melalui peranan ini guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa.

4.Pendidik sebagai motivator

Dalam peranan ini, guru dapat berperan sebagai pemberi motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling disekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan konseling, misalnya pada saat pelajaran dikelas. Tanpa kerelaan guru dalam memberi kesempatan kepada siswa menerima layanan, layanan konseling perorangan akan sulit terlaksana mengingat terbatasnya jam khusus bimbingan pada sekolah-sekolah kita.

Jumat, 30 September 2011

bahan dan perlegkapan belajar anak usia dini

Beberapa kriteria untuk menentukan bahan dan perlegkapan belajar anak usia dini, antara lain :

1. Relevan dengan kondisi anak
artinya bahan dan perlengkapan yang disediakan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak . Bahan yang mahal bukan jaminan sesuai dengan kondisi anak.
2. Berwarna dan aktaraktif
Bahan yang berwarna, apabila dengan warna mencolok akan mengundang anak untuk memegang dan menggerakkannya. sehingga bahan dan perlengkapan yang disediakan memungkinkan bagi anak untuk beratraksi dengan benda tersebut.
3. Sederhana dan kongkrit
Bahan dan perlengkapan belajar anak bukanlah yang rumit dan sulit melainkan sederhana, jelas dan kongkrit di mata anak.
4. Eksploratif dan mengundang rasa ingin tahu
Bahan dan perlengkapan yang tersedia dapat di eksplorasi oleh anak, karena sifat dasar anak adalah ingin tahu dan ingin selalu mencoba.
5. Berkait dengan aktivitas keseharian anak
Anak tumbuh dan berkembang bersama lingkungan yang ada. Segala yang dia lihat,dia dengar dan dia rasakan, ingin ditiru dan diulang. oleh karena itu bahan dan perlengkapan belajar anak diupayakan

Rabu, 13 Juli 2011

contoh Dance Script "Berhitung" untuk anak usia dini


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Masa anak-anak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan semua potensinya. Salah satu potensi ysng perlu dikembangkan sejak dini pada anak usia dini adalah tentang wawasan dan rasa seni anak. Kesenian merupakan salah satu potensi dasar anak yang juga merupakan salah satu bentuk dari kecerdasan jamak. Jadi mengembangkan potensi seni anak berarti juga mengembangkan kecerdasannya. Jika potensi ini tidak dikembangkan sejak dini, maka masa emas pengembangan potensi tersebut akan terlewat begitu saja sehingga meskipun dapat dikembangkan pada tahun-tahun sesudahnya, namun hasil yang akan dicapai tidak akan seoptimal jiki dikembangkan pada masa emasnya.
Pada anak usia dini tari bukanlah merupakan sebuah mata pelajaran, namun ini di ibaratkan sebagai kreasi dan imajinasi anak agar anak mampu memahami secara universal tentang sebuah karya. Kemampuan dasar tari bagi anak usia dini dari aspek: intelektual, emosional, sosial, perceptual, fisikal, estetik, kreatif, dan karakteristik tari anak usia dini. Ini sangatlah penting sebagai dasar dalam merancang dan menentukan materi pagelaran tari yang tepat bagi anak, sehingga anak dapat memanfaatkan dan mengembangkan seluruh potensi dasarnya.
Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator dalam pengembangan potensi seni tari anak,yang diharapkan dapat membekali anak dengan wawasan tentang seni pada anak. Tanpa bekal yang cukup anak tidak dapat mengembangkan potensi seninya dengan optimal. Dan untuk mewujudkkan karya yang baik pula kami mengadakan pagelaran tari yang di ikuti oleh siswa TK/PAUD yang ada di sekitar Sekaran dengan tari kreasi sesuai alur lagu,dan kami mengambil judl lagu “Satu ditambah satu (berhitung)” karya Herry SS

  1. Ruang Lingkup dan Sasaran
a.       Ruang lingkup
Anak Usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara termologi disebut sebagai anak usia pra-sekolah,yang telah terbukti kecerdasan anak pada masa ini mengalami peningkatan dari 50% menjadi 80%. Sehingga kemampuan berimajinasi dan kreasinya masih membumbung dan segar seolah mereka mampu menjiwai karya tersebut dengan karakter mereka anak-anak itu sendiri. Anak-anak yang berada di sekitar UNNES dan anak-anak di lingkungan perumahan, yang notabene mereka mampu berkreasi.

b.      Sasaran
Dalam karya ini, sasaran yang diharapkan oleh penulis diantaranya: penonton, pemerhati seni, masyarakat umum, guru TK, agar dapat dipakai sebagai bahan wacana, kajian ilmu atau apresiasi lebih lanjut,dan kreasi imajinasi anak sendiri.

  1. Alasan Pemilihan Tema dan Judul
a.       Tema
Dalam karya ini penulis sengaja mengambil tema
“Berhitung bagi anak”
b.      Judul
Dari sekilas ulasan dalam latar belakang kekaryaan dan tema yang di angkat maka piƱata sengaja mengambil judul tari “Satu Ditambah Satu”.
  1. Tujuan
Setiap aktiitas dan kegiatan pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Begitu juga dengan proses karya tari “Satu Ditambah Satu” ini bertujuan :
1.      Untuk mencoba berproses kreatif melalui karya seni tari
2.      Untuk menampilkan proses berhitung dengan gerakan sederhana namun bermakna
3.      Untuk mengajarkan pada anak agar mampu memahami bait lagu.
4.      Untuk memenuhi tugas akhir Pendidikan Seni Drama Tari PG PAUD semester 4.
  1. Sistematika Penulisan
BAB I          : Pendahuluan
A.    Latar belakang
B.     Ruang lingkup dan Sasaran
C.     Alasan memilih Tema dan Judul
D.    Tujuan
E.     Sistematika penulisan

BAB II         : Konsep Garap
A.    Rangsangan Awal
B.     Tipe Tari dan Mode Tari
C.     Gerak Tari
D.    Iringan Tari
E.     Setting Panggung
F.      Lighting
G.    Tata rias
H.    Tata Busana
I.       Sinopsis

BAB III       : Proses Garap
a.       Eksplorasi
b.      Improvisasi
c.       Komposisi
d.      Evaluasi


BAB IV       : Catatan Tari
Bab ini menguraikan rincian gerak tari mulai dari awal hingga akhir

BAB V         : Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran
C.     Lampiran
D.    Daftar Pustaka

BAB II
KONSEP GARAP
  1. Rangsangan Awal
a.       Audio
Berbagai bentuk suara telah pemusik yang telah terdengar oleh penata, ternyata dapat menggugah imajinasi kreatifitasnya untuk menciptakan gerak sesuai musik yang didengarnya. Suatu misal ada sebuah suara musik dengan irama cepat, tegas kemudian melemah seperti tanpa ketegasan irama lagi dan atau sebaliknya.
b.      Visual
Melalui beberapa pengalaman melihat pagelaran tari, pengamatan obyek senu yang akan dipakai sebagai sebuah pijakan maupun pengamatan terhadap permasalahan sebagai landasan kekaryaan atau pengamatan terhadap apa saja yang diras mampu menimbulkan suatu gagasan untuk menciptakan karya dalam bentuk gerakan.
c.       Ideasional
Untuk mengenalkan konsep berhitung kepada anak, agar lebih mudah dipahami. Sehingga timbul keinginan untuk menuangkannya kedalam bentuk tarian.
d.      Kinestetik
Pengolahan gerak sehari hari, secara murni maupun gerak maknawi di dalam gerak.  Gerak yang menonjolkan konsep dan pola berhitung yang diolah secara dinamis agar mampu menunjukkan maksud dan bentuk nyata gerak berhitung.
e.       Peraba
Indera manusia sangat peka terhadap kasar halusnya suatu benda. Waktu penari menggerakkan tubuhnya maka timbullah ide gerak yang sesuai dengan yang telah tereksplore.

  1. Tipe Tari dan Mode Tari
a.       Tipe Tari
Dalam proses penggarapan tari, penata banyak bertumpu pada pengamatan pembelajaran mengenai  bentuk-bentuk angka, tanda  pembilang dan bilangan dengan jari yang kemudian di koreografi dan dikomposisi menjadi sebuah karya tari. Dan kesemuanya itu merupakan tahapan-tahapan dalam proses penciptaan tari. Garapan tari ini sengaja  dikonsep untuk menciptakan tari yang bertipe berkelompok.
b.      Mode Tari
Sebagai bahan komunikasi dengan penonton atau pemikat, penata menggunakan gerakan tangan yang menunjukkan suatu bilangan dan tanda pembilang yang sesuai dengan alur lagu atau musik (pencerminan suatu hitungan).

  1. Gerak Tari
Gerak dalam tari merupakan medium ungkap yang paling pokok. Karena suatu susunan gerak tari yang mtang dalam suatu bentuk karya tari yang sudah mengandung ritme yang sesuai. Gerakan tari ini bersumber dari kalimat-kalimat yang terucap dalam lagu tersebut, sehingga memudahkan penikmat untuk melihatnya dan memahami apa maksud dan tujuan pementasan tari tersebut. Gerakan tari yang menonjolkan konsep berhitung secara sederhana .
  1. Iringan Tari
Dalam karya tari ini, penata sengaja menggunakan alat musik minimalis. Yaitu berupa alunan musik “Satu Ditambah Satu cipt Herry SS” yang diolah sedemikian hingga agar mampu di apresiasikan dalam tari oleh anak-anak.
  1. Setting Panggung
Dalam penyajian ini sengaja dirancang untuk dipentaskan pada sebuah panggung dan disampingnya itu ada papan belajar (bertugas sebagai media pembelajarannya).
  1. Lighting
Teknik pencahayaannya menggunakan pencahayaan general light, yang terang sehingga nampak suasana belajar.
  1. Tata Rias
Tata rias juga menjadi salah satu unsur pendukung tari yang dapat membantu memberikan suasana dan karakter yang diharapkan. Dalam tari ini penata menghendaki rias koreksi  dengan menggunakan make up dan rias animasi huruf.
  1. Tata Busana
Agar penari terlihat indah, menarik, dan rapi maka dalam tari tidak terlepas dengan adanya gaun atau busana yang akan dikenakan oleh penari. Pada tari ini menggunakan busana dengan rincian sebagai berikut:
1.      Kaos warna putih
2.      Rok warna merah muda dengan hiasan angka
3.      Bando warna-warni
4.      Hiasan dada berbentuk tokoh-tokoh boneka yang bertuliskan angka
5.      Bersepatu warna-warni
  1. Sinopsis
Masa anak-anak adalah masanya mereka berkreasi dan berimajinasi dengan begitu bebasnya, seolah mereka akan mengulangi pelajaran yang pernah mereka pelajari di sekolah mereka dengan konsep berhitung. Berhitung dengan penjumlahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian yang dipadukan dengan angka –angka sesuai irama lagu “Satu ditambah satu”.

BAB III
PROSES GARAP

  1. Eksplorasi
Berimajinasi dan merenungkan hasil pengamatan adalah bagian terbesar dari keseluruhan proses eksplorasi, penjajahan motif, tipe dalam menciptakan karakter gerak terhadap renungan dan imajinasi.
  1. Improvisasi
Dalam tahapan ini penata berusaha menterjemahkan hasil observasi dan eksplorasi dalam bentuk gerak secer spontan secara menginfentarisir hasil temuan tanpa memperhatikan urutan dan atau susuan terlebih dahulu.
  1. Komposisi
Dari hasil temuan yang telah diinfentarisir dalam hal sebelumnya, kemudian diadakan pemilihan dan penataan untuk mencapai gambaran yang di inginkan sekaligus merencanakan suasana musik sebagai pengiring.
  1. Evaluasi
Dalam tahapan ini setiap mlakukan kegiatan berproses  harus selalu diadakan evaluasi, mulai dari aal proses sampai pada akhir pementasan sekalipun. Hal tersebut selslu dilakukan dengan maksud agar dapat dipakai sebagai tlak ukur keberhasilan dan sekaligus dipakai sebagai acuan langkah selanjutnya.

BAB IV
CACATAN TARI

  1. RINCIAN GERAK
No
Rincian Gerak
Hit
Pola Lantai
1.     
a.  Jalan maju ke depan 3 baris kemudian menempatkan diri.
b.  Tangan goyang kekanan dan kekiri di depan dada.
2 x 8

2.     
a.   Kaki kekanan kekiri 1 langkah,tangan menunjukkan angka 1+1
b.  Jalan di tempat, tangan didepan dada gerakan membentuk sama dengan ,kemudian menunjuk angka 2 dan selanjutnya
4 x 8

3.     
Tangan kanan kedepan, kaki kiri ke depan, begitu sebaliknya, kemudian tangan menepuk tangan dengan temannya dan telapak tangan terbolak balik, lalu menunjukkan jumlah angka hasilya.
4 x 8

4.     
a.   Tangan posisi mengajak, kemudian seolah membolak-balikkan buku,lalu menunjukkan sesuatu dan tangan dipelipis mata menunjukkan anak pintar
b.  Kaki jalan di tempat,kemudian diam,
2 x 8

5.     
a.    Tangan posisi mengajak, lalu tangan disatukan,digoyang dibawah pipi, tangan geleng ke kanan kekiri,kemudian tangan ke atas saat lonpat
b.    Jalan di tempat, kemudian diam,lalu lompat setinggi tingginya
2 x 8

6.     
a.    Sosio drama pengajaran guru kepada anak
b.    Anak duduk, diam mendengarkan menjawab dan menirukan guru
4 x 8

7.     
a.  Kaki kekanan kekiri 1 langkah,tangan menunjukkan angka 1+1
b.  Jalan di tempat, tangan didepan dada gerakan membentuk sama dengan ,kemudian menunjuk angka 2 dan selanjutnya
4 x 8

8.     
a.   Tangan posisi mengajak, kemudian seolah membolak-balikkan buku,lalu menunjukkan sesuatu dan tangan dipelipis mata menunjukkan anak pintar
b.  Kaki jalan di tempat,kemudian diam,
2 x 8

9.     
a.    Tangan posisi mengajak, lalu tangan disatukan,digoyang dibawah pipi, tangan geleng ke kanan kekiri,kemudian tangan ke atas saat lonpat
b.    Jalan di tempat, kemudian diam,lalu lompat setinggi tingginya
2 x 8

10.              
Tangan kanan kedepan, kaki kiri ke depan, begitu sebaliknya, kemudian tangan menepuk tangan dengan temannya dan telapak tangan terbolak balik, lalu menunjukkan jumlah angka hasilya
4 x 8

11.              
Tangan menggeleng ke kanan dan ke kiri, lalu menutup tari dengan tangan ke samping, badan membungkuk
Kaki menyilang kaki kanan ke kedepan, lalu kembali ke belakang panggung dengan berjalan.
2 x 8



  1. NOTASI IRINGAN
  2. Desain Rias dan Busana






BAB V
PENUTUP

  1. Simpulan
Anak usia dini erat kaitannya dengan sebuah kebebasan. Gelak tawa, senda gurau, kekompakan,emosional, serta kepuasan yang sering terjadi di keseharian mereka. Dengan berpatok pada hal tersebut, piƱata kemudian menyiasati proses belajar anak-anak dengan geraan tari yang dinamis, ritmis, dan estetis yang mampu di nikmati dan di pahami oleh penontonnya.

  1. Saran
Membuat karya seni tidak mudah untuk dibayangkan, perlu pemikiran secara universal dan nyata,maka dalam berkarya seni sebaiknya lebih awal perlu di persiapkan segala sesuatunya termasuk juga pembuatan naskah dengan sebuah konsep yang matang pula, untuk mempertanggung jawabkan karya tarinya.
Penata menyadari masih kurang sempurnanya karya yang telah di selesaikan, maka dari penata mengharapkan kritik dan saran yang mendukung untuk perbaikan karya selanjutnya.

Lampiran 2

Staf produksi
  1. Penanggung jawab      : Deasy Lina Da Ary
  2. Ketua Panitia              : Dwiana Zahriatu Nisa
  3. Ketua kelompok          : Nur Chayati
  4. Anggota kelompok     : - Deasy Hanura Estuti 
  5. -    Fitri Rahmawatiningsih
-    Rochmah Tri Mulyatiningsih
  1. Penata Rias                 : Nur Chayati, Deasy Hanura E
  2. Penata Busana             : Bu Jumariyanti, Rochmah Tri M
  3. Penulis Naskah            : Fitri Rahmawatiningsih
  4. Penata Tari                  : - Deasy Hanura Estuti
-    Nur Chayati
-    Fitri Rahmawatiningsih
-    Rochmah Tri Mulyatiningsih