Selasa, 05 Juli 2011

makalah Tentang Fobia Sekolah, tanda tandanya akibat dan penanganannya

BAB I
PENDAHULUAN

A) Latar Belakang
Beberapa anak mungkin memendam rasa takut yang berlebihan dalam menjalani hari-harinya di sekolah. Terutama pada hari-hari pertama mereka. Dalam kebungkamannya kita mungkin tidak tahu bahwa selama ini ia mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan di sekolah. Selain takut pada lingkungan sekolah seperti takut ke kamar mandi, takut pada guru, anak – anak seperti ini biasanya juga selalu menjadi target kenakalan teman-temannya. Mereka tidak dapat melindungi diri sendiri dari anak lainnya yang lebih besar, kuat dan berpengaruh diantara teman-temannya. Akibatnya anak akan menderita, punya percaya diri yang rendah dan depresi. Nilai akademisnya akan berjalan lambat tidak sejalan dengan pertumbuhan fisiknya.
Mereka akan bersikap introvert, terkucil dari pergaulan, merasa ditolak oleh teman-temannya. Beberapa dari mereka akan mengunci diri dan berkeyakinan bahwa tak seorangpun yang dapat menolongnya, bahkan ayah ibu mereka sendiri tidak dapat berbuat banyak. Orang tua mungkin akan menganggap persoalan itu biasa, tapi bagi mereka problem ini sangat menakutkan.
Anak yang sedemikian cenderung akan melakukan segala cara untuk menghindari pertemuannya dengan penyebab ketakutan yang ada dalam dirinya, dan sama sekali tidak ada dorongan atau pendapat rasional yang bisa mengurangi ketakutan mereka tersebut. Ketakutan seperti ini disebut dengan fobia – ketakutan irrasional terhadap situasi, aktivitas, dan atau orang, yang hampir tiap hari dihadapi sang anak dengan intensitas dan kengerian yang tidak dialami oleh orang lain.
Ketakutan yang realistik berguna untuk kelangsungan hidup, jadi sudah wajar bila orang dengan hal – hal berbahaya. Ketakutan itu sendiri menjadi berbahaya bila berlebih (eksesif) atau yang ditakuti adalah hal – hal yang secara objektif tidak berbahaya. Bila ketakutan terhadap sesuatu ini begitu kuat, maka kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan (termasuk lingkungan sekolah) akan terganggu. Penelitian menunjukkan, anak-anak yang menderita seperti ini bila dewasa akan mengalami kegagalam dalam pekerjaan atau gagal me-maintenance hubungan interpersonal dengan lingkungan bekerjanya.
Di masa lalu fobia anak ditandai dengan pembolosan, setiap masalah yang diajukan sering merupakan keluhan dan konsultan pertama adalah dokter anak. Kompleksnya psikodinamika dari fobia sekolah dibuktikan oleh adanya keseragaman formulasi yang telah ditawarkan untuk menjelaskan sindrom ini. Formulasi ini termasuk pemisahan kecemasan, masalah ketergantungan dengan ibu, ketakutan dengan rangsangan seksual, gangguan depresi pada masa kanak-kanak, dan kecemasan ibu dan anak saling memperkuat.

B) Rumusan Masalah
Petrmasalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
  1. Apa pengertian dari fobia sekolah?
  2. Jelaskan jenis-jenis fobia sekolah?
  3. Sebutkan faktor penyebab dan bentuk ketakutan yang sering terjadi pada anak usia dini?
  4. Bagaimanakah tanda-tanda atau gejala-gejala yang terjadi pada anak yang mengalami gangguan fobia sekolah?
  5. Bagaimanakah bentuk penanganan dan apa saja yang harus dilakukan untuk mengatasi fobia sekolah pada anak?

  1. Tujuan
Dari permasalahan yang telah dirumuskan diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
  1. Mengetahui pengertian dari fobia sekolah
  2. Mengetahui jenis-jenis fobia sekolah
  3. Mengetahui faktor penyebab dan bentuk ketakutan yang sering terjadi pada anak usia dini
  4. Mengetahui tanda-tanda atau gejala-gejala yang terjadi pada anak yang mengalami gangguan fobia sekolah
  5. Mengetahui bentuk penanganan dan yang harus dilakukan untuk mengatasi fobia sekolah pada anak
BABII
PEMBAHASAN

PENGERTIAN FOBIA
Kata “fobia” menurut Baker Encyclopedia of Psychology and Counseling adalah suatu gangguan, yaitu gangguan ketakutan yang tidak rasional atau irrational fear dari obyek-obyek atau situasi-situasi yang tidak berbahaya. Secara singkat Ivan Ward dalam buku yang berjudul Phobia mendefinisikan bahwa fobia adalah sebagai ketakutan yang tidak masuk akal.
Fobia sekolah adalah ketakutan yang luar biasa (di luar porposi yang umum) untuk berada di sekolah. Ketakutan ini irrasional, sehingga tidak mungkin dihibur dengan keterangan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti di sekolah. Fobia karena sekolah merupakan sebuah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah. Gejala ini bisa tiba-tiba saja terjadi dirasakan oleh anak-anak, baik itu di waktu akan berangkat ke sekolah ataupun selepas liburan sekolah.
Fobia sekolah menurut Adiyanti, 2006 merupakan rasa keengganan atau ketakutan pada anak untuk bersekolah sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi. Rasa takut anak pada umumnya sebagai respon untuk melindungi diri terhadap sesuatu hal. Namun terkadang pada beberapa anak, ketakutan tersebut dapat menjadi hal yang irasional dan berdampak sangat besar pada keinginan anak untuk tidak bersekolah.
Menurut Handayani (2005) saat anak ingin masuk sekolah, biasanya anak terlebih dahulu mengalami kecemasan, lalu ketakutan, baru setelah itu terjadilah fobia pada anak. Ada perbedaan antara kecemasan, ketakutan, dan fobia. Kecemasan atau khawatir merupakan akibat memikirkan objek atau sesuatu yang belum jelas atau belum terjadi. Ketakutan adalah rasa takut yang dialami oleh anak yang merupakan respon negatif terhadap objek maupun pengalaman yang dialami. Takut pada umumnya objek terlihat lebih jelas. Sedangkan Fobia adalah rasa takut yang berlebihan, terus-menerus, irasional, bahkan terkadang sulit diatasi dan dihilangkan dari anak yang mengalami fobia. Karakteristik anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak ingin berada lebih lama di sekolah, selalu menangis dan hanya ingin selalu berada di rumah.
Menurut Carpenter (2005) anak-anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah, teman-teman dan gurunya. Adiyanti (2005) menjelaskan bahwa fobia sekolah adalah kecemasan yang luar biasa dan terus menerus serta tidak realistis pada seorang anak, sebagai respon terhadap eksternal tertentu. Fobia dapat menghambat kehidupan seorang anak yang mengalaminya. Anak yang mengalami fobia sekolah biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan, seperti menghadapi teman-teman dan guru barunya atau pada saat mengerjakan tugas sekolahnya, setiap anak biasanya bervariasi dan tidak dapat diduga. Sedikitnya ada 30% anak mengalami fobia sekolah yang disebabkan takut pada guru yang galak dan mendapat ejekan dari teman.
Menurut Hurlock (1996), anak perempuan biasanya lebih banyak mengalami fobia sekolah. Berkisar sekitar 75% dibandingkan anak laki-laki yang
hanya 25%. Hal ini disebabkan karena ketakutan yang bervariasi, diantaranya takut berpisah dengan orangtua, takut terhadap guru dan takut tidak mampu beradaptasi dengan teman barunya. Anak perempuan biasanya lebih memperlihatkan rasa takutnya akan sekolah dibandingkan anak laki-laki. Karena anak perempuan lebih mudah mengatakan pada orangtua alasan apa yang membuat anak takut untuk masuk sekolah. Sedangkan anak laki-laki biasanya lebih sulit untuk mengatakan apa yang terjadi pada dirinya saat masuk sekolah (Hurlock, 1996).
Menurut Rafy (2004) fobia merupakan ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bahan ejekan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan bahasa antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. (Astuti, 2006)
Fobia Sekolah menurut Mahendratto (2007) Fobia adalah ketakutan yang kuat dan abnormal seseorang terhadap suatu objek ataupun situasi tertentu. Fobia dapat terbentuk oleh sugesti negatif yang dipupuk, rentetan peristiwa yang sangat buruk, menakutkan ataupun menyakitkan dimasa lalu. Semakin ekstrim intensitas peristiwanya, semakin kuat potensi fobianya. Kebanyakan fobia terjadi pada masa kanak kanak walaupun dapat juga terjadi saat dewasa. Mahendrattao juga menyatakan bahwa fobia sekolah dapat terbentuk oleh sugesti negatif yang terjadi di sekolah, adanya serangkaian peristiwa yang sangat buruk, menakutkan ataupun menyakitkan dimasa lalu. Semakin ekstrim intensitas peristiwanya, semakin kuat potensi fobianya. Kebanyakan fobia terjadi pada masa kanak kanak walaupun dapat juga terjadi saat dewasa. Ciri-ciri psikis antara lain muncul rasa cemas atau takut, tetapi tanpa dasar yang jelas dan cenderung panik. Ciri fisik antara lain gemetar, nafas menjadi cepat dan jantung berdebar debar.
Kearney dan Silverman (dalam Carpenter 2005) berpendapat bahwa fobia sebagai ketakutan akibat pengalaman di masa lalu. Umumnya fobia terjadi secara terus-menerus dan dalam waktu yang cukup lama. Fobia biasanya tidak masuk akal dan dapat dikatakan ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu hal. Menurut Darsono (2008) Fobia sekolah bukanlah bawaan anak sejak lahir, juga bukanlah penyakit keturunan. Fobia biasanya disebabkan oleh adanya pengalaman traumatik. Fobia merupakan tanggapan terkondisi terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis. Selain itu fobia juga merupakan produk dari pola pengasuhan orangtua terhadap anak. Yang menjadi penyebab terjadinya fobia sekolah adalah pola hubungan orangtua dan anak yang tidak sehat, sistem keluarga yang sering bertengkar, pengalaman negatif di sekolah, dan pengalaman abusive.
Dampak fobia sekolah pada anak, anak akan merasa tertekan ketika akan berangkat sekolah. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada psikologi anak. Anak akan sulit berinteraksi dengan lingkungan sekolah yang dikhawatirkan anak tidak dapat bersosialisasi pada lingkungan yang lebih besar. Anak yang sering tidak berangkat sekolah tentu saja akan berdampak pada prestasi akademik. Anak mengalami ketertinggalan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru yang membuat anak kesulitan ketika akan menghadapi ujian. Hal yang terjadi adalah mungkin saja anak akan tinggal kelas karena dianggap belum mampu melanjutkan ke tingkat berikutnya. Dampak yang lebih besar adalah ketika fobia sekolah ini tidak tertangani dengan baik, dan anak tetap merasakan tekanan dan kecemasan yang besar pada dirinya. Yang terjadi anak mulai menyakiti dirinya sendiri serta melakukan aksi bunuh diri yang menandakan anak begitu frustasi pada keadaannya.

Jenis - Jenis Fobia Sekolah
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah yang terjadi pada anak. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat, antara lain :
  1. Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
  2. Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior.Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
  3. Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
  4. Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
Faktor Penyebab
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
  1. Separation Anxiety
Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety,  yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Anak terlalu dependen dengan keluarga, terlalu terikat pada rumah. Mereka tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
  1. Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Yang biasanya mencetuskan fobia sekolah ialah pengalaman traumatis yang berhubungan dengan meninggalkan rumah atau yang berhubungan dengan pengalaman pahit di sekolah. Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, apalagi bila ia sudah merasa rendah diri maka aturan – aturan di sekolah yang terlalu keras dibandingkan di rumah yang terlalu dimanja, dan sebagainya. Hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan, keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
  1. Problem Dalam Keluarga
Hal lain  bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua dan keluarga  secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan  bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini  menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
Bentuk ketakukan pada anak yang mengidap fobia sekolah bermacam-macam tetapi intinya ialah menghindari berada di sekolah atau menolak pergi ke sekolah. Alasan untuk menghindari juga bermacam-macam seperti misalnya:
  1. Menghindari sekolah dengan alasan sakit ( sakit kepala, sakit perut, mual, bahkan sampai muntah-muntah, sakit tenggorokan, dan sebagainya). Rasa sakit ini kadang-kadang suatu kenyataan, sebab gejala yang dirasakan itu merupakan reaksi yang biasa dirangsang oleh rasa takut.
  2. Menghindari sekolah dengan menjelek-jelekkan keadaan sekolah ( guru, pelajaran, kesulitan perjalanan sekolah, teman sekelas, teman-teman lain dan sebagainya)
  3. Menghindari sekolah dengan alasan takut, tetapi tidak jelas apa yang ditakuti.

Tanda-tanda ATAU GEJALA Fobia Sekolah
Berikut ini adalah tanda-tanda yang dialami anak-anak yang fobia sekolah :
  • Menolak berangkat ke sekolah. Selalu mencari alasan untuk tidak sekolah
  • Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin  pulang.
  • Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel  seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
  • Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
  • Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
  • Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
  • Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah. 
  • Merengek tanpa maksud yang jelas
  • Mengoyak atau merobek buku dan pakaian
  • Meminta tambahan uang jajan (Bisa jadi seseorang memaksa untuk membayar upeti setiaphari di sekolah)
  • Sering kehilangan peralatan belajar di sekolah (seseorang mungkin merampasnya)
  • Sukar tidur
  • Tiba-tiba kehilangan selera makan atau Selera makan yang besar sepulang sekolah (Bisa jadi seseorang merampas makan siangnya)
  • Tiba-tiba nilainya merosot
  • Menjadi tertutup atau marah-marah di rumah tanpa alasan.
  • Terbirit-birit ke kamar mandi (tanyakan mengapa, mungkin anak takut menggunakan toilet disekolah).

Yang perlu dilakukan untuk mengatasi fobia pada anak antara lain :
  1. Fakta paling penting yang harus diketahui orangtua menyangkut fobia sekolah adalah semakin cepat anak – anak bisa diyakinkan untuk kembali ke sekolah, maka akan baik pula nantinya bagi mereka.
  2. Untuk meyakinkan sang anak agar kembali besedia kembali ke sekolah, kita sering kali harus membantu sang anak memiliki sebentuk kendali terhadap keadaannya sendiri.
  3. Pembicaraan mengenai manfaat yang akan sang anak terima ketika menghadiri sekolah, bermain bersama teman, dan terlibat dalam aktivitas sekolah akan mampu membantu orangtua dalam meyakinkan seorang anak fobia sekolah.
  4. Terkadang keberadaan orangtua di rumah di pagi hari juga akan membantu sang anak merasa lebih aman. Demikian pula dengan pemberian foto orangtua, rumah, kakak, atau adik dan / atau binatang peliharaan yang bisa ia bawa ke sekolah.
  5. Orangtua harus mampu memberikan gagasan kepada anak – anak mereka bahwa mereka benar – benar mendukung sang anak untuk kembali ke sekolah.
  6. Bagi sebagian anak yang bersikap menantang, terapi dengan seorang ahli perawatan mental secara individu dan keluarga, dilengkapi dengan konseling orangtua bisa jadi dibutuhkan dan terbukti bisa sangat membantu.
  7. Terkadang pindah dari sekolah dan mengikuti pusat pendidikan yang dikhususkan bagi anak – anak fobia sekolah juga dibutuhkan.
  8. Medikasi, semisal anridepressant atau mild tranquilizer bisa juga bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
Beberapa anak mungkin memendam rasa takut yang berlebihan dalam menjalani hari-harinya di sekolah. Akibatnya anak akan menderita, percaya diri yang rendah dan depresi, nilai akademisnya berjalan melambat dan tidak sejalan dengan pertumbuhan fisiknya. Namun terkadang pada beberapa anak, ketakutan tersebut dapat menjadi hal yang irasional dan berdampak sangat besar pada keinginan anak untuk tidak bersekolah. Fobia adalah ketakutan yang tidak masuk akal. Sedang fobia sekolah adalah ketakutan yang luar biasa (di luar porposi yang umum) untuk berada di sekolah. Fobia karena sekolah merupakan sebuah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah. Rasa takut anak pada umumnya sebagai respon untuk melindungi diri terhadap sesuatu hal.
Ada perbedaan antara kecemasan, ketakutan, dan fobia. Kecemasan atau khawatir merupakan akibat memikirkan objek atau sesuatu yang belum jelas atau belum terjadi. Ketakutan adalah rasa takut yang dialami oleh anak yang merupakan respon negatif terhadap objek maupun pengalaman yang dialami. Karakteristik anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak ingin berada lebih lama di sekolah, selalu menangis dan hanya ingin selalu berada di rumah. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bahan ejekan oleh teman sekitarnya.
Dampak fobia sekolah pada anak, anak akan merasa tertekan ketika akan berangkat sekolah. Anak akan sulit berinteraksi dengan lingkungan sekolah yang dikhawatirkan anak tidak dapat bersosialisasi pada lingkungan yang lebih besar. Dampak yang lebih besar adalah ketika fobia sekolah ini tidak tertangani dengan baik, dan anak tetap merasakan tekanan dan kecemasan yang besar pada dirinya.Yang terjadi anak mulai menyakiti dirinya sendiri serta melakukan aksi bunuh diri yang menandakan anak begitu frustasi pada keadaannya.
Jenis dan tingkatan penolakan terhadap sekolah ialah: initial school refusal behavior, substansial school refusal behavior, acute school refusal behavior, chronic school refusal behavior. Dan faktor penyebab terjadinya fobia sekolah adalah Separation anxiety, pengalaman negative di sekolah, problem dalam keluarga, pola hubungan orang tua dan anak.

Tanda tanda atau gejala gangguan fobia sekolah pada anak, antara lain:
  • Menolak berangkat sekolah
  • Mau datang ke sekolah tetapi kemudian minta pulang
  • Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus pada orang tua, memberontak
  • Menunjukkan raut wajah memelas, agar guru mengijinkan pulang dan ini berlangsung pada periode tertentu
  • Tidak masuk sekolah selama beberapa hari
  • Keluhan fisik ( sakit perut, pusing, dll)
  • Mengemukakan keluhan lain dengan tujuan tidak berangkat sekolah

Penanganan yang dapat dilakukan orang tua secara garis besar ialah:
  1. Semakin cepat anak – anak bisa diyakinkan untuk kembali ke sekolah, maka akan baik pula nantinya bagi mereka.
  2. Menjelaskan manfaat yang akan anak terima ketika menghadiri sekolah,
  3. Terkadang keberadaan orangtua di rumah di pagi hari juga akan membantu sang anak merasa lebih aman.
  4. Bagi sebagian anak yang bersikap menantang, terapi dengan ahli perawatan mental secara individu dan keluarga dan partisipasi orang tua. Terkadang pindah dari sekolah dan mengikuti pusat pendidikan yang dikhususkan bagi anak – anak fobia sekolah juga dibutuhkan.
  5. Orang tua mendukung dan meyakinkan anak agar masuk sekolah
DAFTAR PUSTAKA

Paul,Henri A.2008.Konseling dan Psikoterapi Anak.Yogyakarta:Idea Publising
Adiyanti.2006.Menyiapkan hari pertama sekolah.Yogyakarta:Kanisius
Carpenter,A.J.2005.Emotional bonding (Membangkitkan potensi anak di usia 6-9 tahun).Alih bahasa:Abdullah mahfuddin.Jakarta:Prestasi Pustakaraya.
Hurlock,E.B.1996.Perkembangan anak.Alih bahasa:Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih.Jakarta:Erlangga.
Hurlock,E.B.1980.Pendekatan perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.Edisi kelima.Alih bahasa:Istiwidayanti dan soedjarno.Jakarta:Erlangga.
Mahendratto,B.2007.Cara orangtua mengatasi anak saat mogok sekolah.Jakarta:P.T. Grasindo.
Handayani,Y.2006.Mengenal ketakutan dan kecemasan anak saat masuk sekolah.Jakarta:Prestasi Pustakaraya.

Tidak ada komentar: